Selasa, 24 Desember 2013

Makalah Studi Kasus

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur pada Allah SWT, yang memberikan hidayah dan taufiq sehingga tim penulis dapat menyelesaikan penelitian studi kasus ini. Shalawat beriring salam senantiasa pada baginda Muhammad SAW, melalui risalahnyalah kita dapat menikmati berbagai macam ilmu pengetahuan.
            Penelitian studi kasus sederhana yang berjudul “Kendali Puberitas Remaja” ini kami buat dengan usaha keras untuk tugas mata kuliah Pengantar Bimbingan Konseling, kami sadar masih banyak kekurangannya. Dengan ikhlas dan lapang hati demi penyempurnaan studi kasus ini, kami mengharapkan kritik dan saran serta uluran tangan dari pembaca.

            Terimakasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan informasi kepada kami dalam penelitian studi kasus ini. Semoga bukan hanya bermanfaat bagi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry tetapi juga untuk khalayak ramai masyarakat Aceh.

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Studi Kasus
Dalam era kemajuan informasi dan teknologi, siswa semakin tertekan dan terintimidasi oleh perkembangan dunia akan tetapi belum tentu diimbangi dengan perkembangan karakter dan mental yang mantap. Seorang Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor mempunyai tugas yaitu membantu mengatasi permasalahan dan hambatan dalam perkembangan siswa.
Setiap siswa sebenarnya mempunyai masalah yang variatif. Baik bersifat pribadi, sosial, belajar, atau karier. Oleh karena kurangnya kemampuan siswa dalam memahami dan menanggapi hambatan atau permasalahan, maka konselor – pihak yang berkompeten – perlu memberikan intervensi. Apabila siswa tidak mendapatkan intervensi, siswa mendapatkan permasalahan yang cukup berat untuk dipecahkan. Konselor sekolah senantiasa diharapkan untuk mengetahui keadaan dan kondisi siswanya secara mendalam.
Untuk mengetahui kondisi dan keadaan siswa banyak metode dan pendekatan yang dapat digunakan, salah satu metode yang dapat digunakan yaitu studi kasus (Case Study). Dalam perkembangannya, oleh karena kompleksitas permasalahan yang dihadapi siswa dan semakin majunya pengembangan teknik-teknik pendukung – seperti hanya teknik pengumpulan data, teknik identifikasi masalah, analisis, interpretasi, dan treatment – metode studi kasus terus diperbarui.
Studi kasus akan mempermudah konselor sekolah untuk membantu memahami kondisi siswa seobjektif mungkin dan sangat mendalam. Membedah permasalahan dan hambatan yang dialami siswa sampai ke akar masalah, dan akhirnya konselor dapat menentukan skala prioritas penanganan dan pemecahan masalah bagi siswa tersebut.
B.     Pengertian Studi Kasus
Kamus Psikologi (Kartono dan Gulo, 2000) menyebutkan dua pengertian tentang Studi Kasus (Case Study) pertama Studi kasus merupakan suatu penelitian (penyelidikan) intensif, mencakup semua informasi relevan terhadap seorang atau beberapa orang biasanya berkenaan dengan satu gejala psikologis tunggal. Kedua studi kasus merupakan informasi-informasi historis atau biografis tentang seorang individu, seringkali mencakup pengalamannya dalam terapi. Terdapat istilah yang berkaitan dengan case study yaitu case history atau disebut riwayat kasus, sejarah kasus. Case history merupakan data yang terimpun yang merekonstruksikan masa lampau seorang individu, dengan tujuan agar orang dapat memahami kesulitan-kesulitannya yang sekarang . serta menolongnya dalam usaha penyesuaian diri (adjustment) (Kartini dan Gulo, 2000).

Berikut ini definisi studi kasus dari beberapa pakar dalam Psikologi dan Bimbingan Konseling, yaitu ;
Ø Studi kasus adalah suatu teknik mempelajari seorang individu secara mendalam untuk membantu memperoleh penyesuaian diri yang lebih baik. (I.Djumhur, 1985).
Ø Studi kasus adalah suatu metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seorang murid secara mendalam dengan tujuan membantu murid untuk mencapai penyesuaian yang lebih baik (WS. Winkel, 1995).
Ø Studi kasus merupakan teknik yang paling tepat digunakan dalam pelayanan bimbingan dan konseling karena sifatnya yang komprehensif dan menyeluruh. Studi kasus menggunakan hasil dari bermacam-macam teknik dan alat untuk mengenal siswa sebaik mungkin, merakit dan mengkoordinasikan data yang bermanfaat yang dikumpulkan melalui berbagai alat. Data itu meliputi studi yang hati-hati dan interpretasi data yang berhubungan dan bertalian dengan perkembangan dan problema serta rekomendasi yang tepat.

Jadi berdasarkan pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa studi kasus adalah suatu studi atau analisa komprehensif dengan menggunakan berbagai teknik, bahan dan alat mengenai gejala atau ciri-ciri/karakteristik berbagai jenis masalah atau tingkah laku menyimpang, baik individu maupun kelompok. Analisa itu mencakup aspek-aspek kasus seperti jenis, keluasan dan kedalaman permasalahannya, latar belakang masalah (diagnosis) dan latar depan (prognosis), lingkungan dan kondisi individu/kelompok dan upaya memotivasi terungkapnya masalah kepada guru pembimbing (konselor) sebagai orang yang mengkaji kasus. Data yang telah didapatkan oleh konselor kemudian dinvertaris dan diolah sedemikian rupa hingga mudah untuk diinterpretasi masalah dan hambatan individu dalam penyesuaiannya.

v  Tujuan Studi Kasus
Studi Kasus diadakan untuk memahami siswa sebagai individu dalam keunikannya dan dalam keseluruhannya. Kemudian dari pemahaman siswa yang mendalam, konselor dapat membantu siswa untuk mencapai penyesuaian yang lebih baik. Dengan penyesuian pada diri sendiri serta lingkungannya, sehingga siswa dapat menghadapi permasalahan dan hambatan hidupnya, dan tercipta keselarasan dan kebahagiaan bagi siswa tersebut.

v  Sasaran Studi kasus
Sasaran studi kasus adalah individu yang menunjukan gejala atau masalah yang serius, sehingga memerlukan bantuan yang serius pula. Yang biasanya dipilih menjadi sasaran bagi suatu studi kasus adalah murid yang menjadi suatu problem (problem case); jadi seorang murid membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan lebih baik, asal murid itu dalam keadaan sehat rohani/ tidak mengalami gangguan mental.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Latar Belakang Kasus (Background)

Putrie ialah remaja kelahiran Batam yang berumur 17 tahun. Ia santri kelas 3 SMA di salah satu pesantren di Aceh. Ia bergaya trendy dan fashionable yang tinggi dibanding dengan teman-temannya di pesantren. Putrie merupakan anak kedua dari 4 bersaudara. Kakaknya kuliah di UI. Sementara kedua adiknya masih kecil. Ayah Putrie berasal dari Aceh, bekerja di sebuah perseroan terbatas yang harus bekerja sebulan penuh di luar Pulau Batam. Ibu Putrie sseorang ibu rumah tangga. Karena kesibukan ayah dengan bisnis dan ibunya yang mengurus kedua adiknya, ditambah lagi lingkungan pergaulan yang terlalu bebas di perkotaan, Putrie dikirim ke salah satu pesantren di Aceh karena disana ada rumah kakeknya. Sehingga jika masa liburan, ia juga bisa dijaga oleh kakek.
Putrie tak pernah kekurangan finansial, segala keperluan dikirim oleh ayahnya. Akan tetapi ia tidak memiliki banyak teman, karena pergaulannya level kota. Sementara kebanyakan kawan-kawannya hanyalah orang-orang sederhana. Namun prestasi belajar Putrie lumayan bagus. Bahasa Inggrisnya pun lancar. Bahkan ia pernah mendapat ranking 1 di kelas 1 SMP.
Identifikasi Kasus
Berawal dari masa UN, ia sering berada di pustaka saat itu. Suatu hari di pustaka, ia bertemu seorang santriwan, Putroe. Tanpa sengaja kontak mata terjalin lama saling pandang. Sampai saat liburan UN mereka memulai komunikasi lewat handphone dan jejaring social. Keduanya pun terjalin akur dan kisah kasih dimulai disini. Hubungan terjalin sampai kelas 3 SMA. Hingga mereka pun memberanikan diri membawa sebuah hp yang disembunyikannya secara rahasia di pesantren. Agar tidak ketahuan oleh para ustazah.  Padahal, barang elektronik adalah barang terlarang dalam pesantren. Hukumannya pun bisa jadi dikeluarkan.
Perubahan banyak terjadi pada Putrie, ia sering membolos ke mushalla, kelas dan aktivitas lain. Ia bermain handphone di tempat-tempat tersembunyi. Bahkan saat libur hari Jumat Putrie berbohong pada ustazah dengan alasan pergi berbelanja keperluan ternyata ketemuan dengan Putroe. Mereka mulai kebiasaan keluar pesantren untuk bertemu, jalan-jalan, dan terjadilah apa yang terjadi.
Putrie mengalami kemunduran dalam prestasi belajarnya. Di kelas sering melamun, dan terlihat susah konsentrasi. Saat melamun Putrie tampak kuatir. Dia lebih sering mencoret-coret buku catatannya, sehingga Putrie sering tidak mempehatikan pelajaran yang diikutinya. Oleh karena itu Putrie sering mengerjakan PR saat pagi hari di kelas dengan meminjam pekerjaan temannya, juga sering tidak mengerjakan tugas yang diberikan ustazah. Shalat jamaah jarang dihadiri dan sering mengantuk jika berjamaah di mushalla.
Perilaku mereka tak bisa disembunyikan dari para ustad dan ustazah. Lambat laun hubungan mereka ketahuan. Mereka pun disidang dan dihukum dengan pemanggilan orangtua. Seiring mendapat hukuman karena pelanggaran-pelanggaran yang ia lakukan. Putroe dan Putrie dirujuk kepada seorang konselor dan berkonsultasi dengan pimpinan pondok pesantren, membicarakan problem tersebut pada orangtua mereka, dan merujuk Putrie pada pertolongan yang lebih intensif. Konselor telah menghubungi orangtua mereka untuk izin konsultasi.


B.     Analisis Kasus

Uraian beberapa gejala yang terdapat pada kasus Putroe, rincian masalahnya, memungkinan penyebab masalah atau aspek diagnosis, dan kemungkinan akibat yang muncul dari masalah itu atau aspek prognosisnya.

1.      Kemungkinan Penyebab Melanggar Tata Tertib
·         Tidak begitu memahami kegunaan masing-masing aturan atau tata tertib yang berlaku di pesantren, hal itu terjadi mungkin karena aturan tersebut tidak didiskusikan dengan santri sehingga hanya terpaksa mengikutinya.
·         Santri yang bersangkutan terbiasa hidup terlalu bebas, baik di rumah maupun di masyarakat.
·         Ciri khusus perkembangan remaja yang agak sukar diatur tetapi belum dapat mengatur diri sendiri
·         Ketidak puasan pada mata pelajaran tertentu dilampiaskan pada pelanggaran terhadap tata tertib sekolah.
·         Terjadi kerengganan hubungan antara guru dan murid.
·         Suasana sekolah dirasakan kurang menyenangkan bagi siswa
·         Merasa kurang mendapatkan perhatian dari ustad
·         Takut masuk kelas karena tidak membuat tugas dari guru

2.      Sebab dan Akibat dari Melanggar Tata Tertib
Ø  Tidak mengindahkan peraturan.
Ø  Tidak shalat jamaah, berbohong, membawa alat-alat elektronik, bolos kehadiran di kelas, dan tidak mengerjakan tugas.
Ø  Sering keluar pesantren.
Ø  Pelanggaran tersebut dilakukan berkali-kali.
Ø  Ciri khusus perkembangan remaja yang agak sukar diatur tetapi belum dapat mengatur diri sendiri.
Ø  Akibatnya, tingkah laku semakin tidak terkendali.
Ø  Minat terhadap pelajaran akan semakin kurang
Ø  Kegiatan belajar santri terganggu.

                              
C.    Penyuluhan Kasus (Treatment)
Dalam menangani kasus Putrie, Konselor menyusun beberapa metode.
1.      Perencanaan Program
ü    Mempertemukan Putrie dengan kedua orangtuanya
ü    Membimbing puberitas dengan nasehat
ü    Membahas peraturan-peraturan pesantren bersama santri
ü     

2.      Pengorganisasian
ü    Memberi peluang OSIS untuk Putrie
ü    Menyarankan masuk organisasi keputrian
ü    Membuka banyak aktivitas bermanfaat

3.      Pendekatan dan Teknik yang Digunakan
ü   Meluangkan waktu agar bisa curhat banreng
ü   Mengajak keterbukaan

4.      Pemantauan dan Evaluasi
ü   Menyarankan ustazah agar lebih perhatian dan pengertian.
ü   Memeriksa keamanan lingkungan pesantren
ü   Memantau aktivitas santri di pustaka
ü   Tidak sembarangan member izin pada santri


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Seperti kata Lenka Trouble is a Friend. Setiap remaja punya masalah. Apalagi remaja yang tinggal jauh dari keluarga. Mereka membutuhkan perhatian dan pengertian terhadap masalah-masalah yang dihadapi. Orang-orang di seketar lingkungan juga bisa jadi pemicu positif maupun negative. Tanpa adanya pengontrol akan berakibat fatal. Seperti kenakalan remaja, pergaulan bebas, balapan liar dan perilaku negatif lain. Kurangnya pergaulan sosial juga memicu tekanan masalah. Karena curahan emosi tak mampu dibendung seorang diri. Maka perlulah seorang kawan untuk saling mencurah kan masalah pribadi.
Kasus Putroe dan Putrie menjadi contoh real dalam dunia remaja. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ebook: Yang Fana Adalah Waktu (Trilogi Hujan Bulan Juni #3)

Sinopsis Yang Fana Adalah Waktu (Trilogi Hujan Bulan Juni #3) Ketika sebuah kisah mendekati akhir, ada saja kisah baru yang muncul mengganti...